Manggarai, Indo Ekspres – Penduduk kampung Laci, Desa Nampar Tabang, Kec. Lamba Leda Utara, Kab. Manggarai Timur merayakan acara “Kebeng Mbaru Gendang”, Kamis, (12/10 2023).
“Kebeng Mbaru Gendang” adalah acara syukuran atas terbangunnya sebuah rumah adat Manggarai. Acara ini merupakan puncak dari seluruh rangkaian proses berdirinya sebuah rumah adat.
Dalam acara ini, seekor kerbau jantan dipotong dan dijadikan persembahan kepada leluhur dan roh rumah adat, disebut ‘naga. Tokoh adat, penduduk setempat, dan keluarga yang diundang hadir dalam acara ini.
Ada juga mantan bupati Kab. Manggarai Drs. Christian Rotok, Yosef Byron Aur, S.Sos mantan camat Kec. Lamba Leda, staf Kec. Lamba Leda Utara, Vitalis Oldin, serta kades setempat, Hilarius Teguh, SH turut menyaksikan berlangsungnya acara tersebut.
Herman Ganduk, selaku tokoh yang berperan penting terlaksananya acara tersebut menyampaikan tujuannya.
“Boto manga goro siri bongkok, lako siri ngando, gege siri lele. Boto langgar bantang, gelang we’e” (Agar rumah adat yang telah dibangun, berdiri dengan kokoh dan tidak mudah rapu), jelasnya.
Dia juga menambahkan bahwa pelaksanaan acara tersebut memberkati seluruh rangkaian kehidupan penduduk kampung.
“Kudut berkak koe ali naga mbaru gendang, kudut mai ata jarin, duat gula we’e mane. Kudut podo ngger olo, lewe ngger le. Kudut kerja de ngasang wake, wan koe etan tu’a, pang olo ngaung musi nondo ngger olo, lewe ngger le, tela galang pe’ang, one api kete, kembus wae teku, woas wae woa”, tambahnya.
Ungkapan diatas memiliki makna bahwa semua penduduk kampung akan memperoleh berkah dari roh atau “naga” rumah adat, sehingga segala karya dan usaha mereka bisa mendatangkan kebaikan, yang bisa membuat hidup mereka sejahtera”.
Baca Juga: Kedatangan RP. Serafim Oktavianus Edor, SVD, Disambut Meriah
Dimeriahkan dengan Tarian Caci
Dalam ungkapan rasa syukur atas terwujudnya sebuah rumah adat, masyarakat meramaikan acara ‘Kebeng Mbaru Gendang’ dengan menampilkan Tarian ‘Caci’.”
Tarian “Caci” merupakan seni tari khas daerah Manggarai, yang mempertontonkan seni ketangkasan. Dua orang penari melakukan tarian ini, saling bergantian memukul dan menerima tangkisan.
Adapun peralatan yang digunakan adalah “toda/nggiling” atau tameng. Sebagai pelengkap “toda”, ada “agang”, bambu yang melengkung, yang salah satu ujungnya dipasang tali berukuran kurang lebih 1 meter. Keduanya memiliki fungsi untuk menangkis pukulan lawan.
Selain itu, ada “larik” atau cambuk, yang berfungsi untuk memukul lawan.
Dalam Tarian ‘Caci’, penari menyanyikan lagu-lagu daerah, menyampaikan julukan ‘Paci’, dan melakukan gerakan ‘Kelong’ atau bergoyang.
Masyarakat yang hadir menyambut perayaan tersebut dengan antusiasme, mengadakannya secara sakral, khidmat, dan menghibur. (Pewarta/Erwin).
Respon (1)