GEMPAT LAWANG, INDO EKSPRES – Kabupaten Empat Lawang di Provinsi Sumatera Selatan mempertontonkan fenomena menarik dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
Pengaruh politik yang diklaim oleh Haji Budi Antoni Aljufri, atau yang dikenal sebagai HBA, yang merupakan pimpinan partai NasDem di Sumsel, ternyata tidak mempengaruhi hasil suara NasDem.
Meskipun di Pemilu sebelumnya, HBA berhasil terpilih sebagai Bupati Empat Lawang, di Pemilu 2024, suara NasDem justru anjlok dibandingkan Pemilu sebelumnya.
Para ahli politik menyoroti fenomena ini, dan beragam sumber mengupas faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Menurut Kurniawan, tokoh Pemuda Empat Lawang, beberapa faktor yang membuat suara NasDem menurun adalah status HBA yang berstatus sebagai narapidana kasus penyuap Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Akil Mochtar untuk menang sebagai Bupati Empat Lawang pada waktu silam.
Pengadilan menjatuhkan vonis 4 tahun penjara kepada HBA. Sementara istrinya Suzana Budi Antoni diputus 2 hatun penjara ditambah denda masing-masing Rp 150 juta subider 2 bulan kurungan untuk keduanya.
Masyarakat masih mengingat kasus ini, di mana demi ambisi dan hasrat politiknya, HBA dianggap telah membohongi hati masyarakat.
Selain itu, HBA berencana maju menjadi Calon Legislatif (Caleg) beserta sang istri di Pemilu 2024, meskipun keputusan HBA untuk nyaleg dianulir oleh putusan Mahkamah Agung (MA) Nomor 28/P/HUM/2023 soal jeda waktu mencalonkan diri sebagai anggota legislatif bagi eks terpidana yang diancam hukuman penjara 5 tahun/lebih.
Namun, status HBA sebagai pimpinan Partai NasDem di Sumsel ternyata tidak mempengaruhi signifikan suaranya, terbukti dengan suara partainya yang menurun menjadi nol.
Sebaliknya, suara Partai Amanat Nasional (PAN) naik drastis di Empat Lawang pada Pemilu 2024.
Kurniawan menyoroti hal ini dan menyatakan bahwa kenaikan suara itu lantaran peran Joncik Muhammad sebagai Bupati Empat Lawang periode 2018-2023 dan Sekretaris PAN Sumatera Selatan (Sumsel).
Joncik Muhammad yang dulu dicurangi oleh HBA, diakui masyarakat sebagai Bupati yang bekerja dengan baik.
Melalui fenomena Pemilu 2024 di Empat Lawang tersebut, kita dapat mengambil pelajaran berharga bahwa politik praktis yang dijalankan dengan cara curang dan bertentangan dengan moralitas dan etika tidak akan berhasil bertahan lama.
Masyarakat akan selalu mengingat dan menilai tindakan para pemimpin politik yang kurang moralitasnya.
Oleh karena itu, para pemimpin dan pengambil kebijakan harus meninggalkan tindakan yang tidak terpuji dan mengejar kepentingan pribadi, dan fokus pada kinerja dan kesejahteraan masyarakat.
Dengan begitu, negara dan masyarakat dapat mencapai kemakmuran dan kemajuan bersama. (Bur andeam)