
INDOEKSPRES.COM
Batu Mulik, Indo Ekspres -Tradisi Nyiwak merupakan upacara adat untuk memperingati sembilan hari meninggalnya seseorang. Tradisi Nyiwak merupakan rangkaian acara yang dilakukan secara turun temurun di kalangan masyarakat Sasak Lombok seperti di Dusun Batu Mulya di Desa Gapuk Kecamatan Gerung Lombok Barat dan merupakan tradisi untuk memperingati hari kesembilan kematian seseorang kematian.
Tradisi Nyiwak ini dilakukan dalam rangkaian berbeda yang disebut Neluk, Mituk, Niwak sebelum disebut Nyiwak, dan sembilan hari tersebut adalah Piak Jaje Payek, Jaje Wajik, Meal, Jaje Tujak dan Poten, dan sebagainya kemudian Lalo Menyilak, Dzikir dilakukan. , fase pembukaan dan fase akhir yaitu Lekak Terop atau Terpal dan Rebak Jangkih. Selain itu, tradisi Nyiwak juga memuat nilai-nilai dalam pelaksanaannya, antara lain nilai gotong royong, namun dalam pelaksanaannya juga terdapat nilai-nilai lain yaitu nilai sosial, nilai persaudaraan, nilai sosial keagamaan, dan nilai-nilai budaya. nilai-nilai lainnya.
Selain itu, ada beberapa alasan masyarakat Dusun Batu Muliya di desa Gapuk tetap menjaga tradisi Nyiwak. Pasalnya, tradisi Nyiwak merupakan warisan yang diwariskan secara turun temurun, dan dalam rangka memperingati kesembilan meninggalnya seseorang.
Lombok Barat merupakan salah satu kabupaten di Nusa Tenggara Barat yang menyimpan banyak tradisi lokal yang masih digunakan hingga saat ini, antara lain: Contoh: acara Nyongkol (prosesi pengantin menuju rumah calon mempelai wanita), baretes (kehamilan bulan ketujuh), acara Ngurisan (mencukur rambut atau wanita). bayi baru lahir), khitanan (sunat), Maulid Nabi, Mikurai Islam, peristiwa meninggalnya seseorang yaitu Neluk, Mituk, Nyiwaq, Metangdase, (hari ke 3, 7, 9, 40 setelah meninggalnya seseorang), dll.
Tahap pertama pada hari ke 5 pemakaman, biasanya para tetangga, bapak ibu (Remaja) datang dan makan piak jaje payek, jaje wazik, makan, jaje untuk wanita dan pria.・Membantu menyiapkan jaje seperti tujak dan poteng. Biasanya seorang pria membantu memasang terop atau terpal. Bahkan pada hari ke 6 ibu-ibu masih membantu pembuatan jaje karena banyaknya jaje yang dibuat. Pada hari ketujuh (Mituk) setelah kematian, para pemuda membantu mempersiapkan hal-hal yang diperlukan terkait begawe nyiwak ini, seperti berdiskusi mengenai masalah teknis dan komitmen waktu dengan keluarga. Dan saat itu Epen Gawe memerintahkan satu atau dua orang untuk pergi ke rumah atau gubuk tetangga. Remaja lainnya juga ikut bergabung ke sawah dan kebun milik anggota keluarga dan kerabat untuk mengumpulkan dan memanen barang-barang penting di acara Gawe, seperti memetik buah dan daun pepaya serta memetik kelapa. Epen Gawe juga membeli ragi rempah untuk memotong dan menggiling pohon pisang serta mengumpulkan daun dll.
Tahap kedua dilakukan pada hari kesembilan (Nyiwak), yaitu pemotongan sapi atau kambing (jika ada) pada sore hari. Jika Anda tidak menyembelih sapi sendiri, belilah daging yang disembelih di rumah potong hewan. Sore harinya, tetangga dan pemuda datang membantu mengupas kelapa dan bahan lain untuk kandok (Lauk Pauk). Para tamu juga berdatangan, dan upacara peringatan terakhir diadakan. Tahap ketiga (Acara Utama) Nyiwak hari pertama dimulai pukul 08.00 hingga 13.00. Ibu-ibu tamu membawakan rice bowl, mie kering, gula pasir, dll. Baskom yang dibawa ibu-ibu diisi nasi, lauk pauk seperti nangka dan pisang, serta makanan ringan yang sudah disiapkan. Usai acara, sore atau malam hari seluruh keluarga menuju kuburan dan meletakkan batu nisan (Talet Mesan) yang dibacakan pada malam Nyiwak.
Tahap terakhir adalah Rebak Jankih dan kegiatan Nyiwak yang terakhir adalah Rebak Jankih. Rebak Jankih merupakan tahap akhir dari tradisi Nyiwak. Kegiatan ini akan berlangsung tepat pada pagi hari peringatan sepuluh hari tersebut. Kegiatan ini ditandai dengan merusak (tunggu-tunggu) kaki-kaki perapian yang digunakan untuk memasak. (MH)