Ratusan Hektar Lahan Persawahan Di Manggarai Barat Gagal Tanam

Foto ilustrasi Gagal Panen di Boleng, Manggarai Barat

Manggarai Barat, Indo Ekspres – Akibat kekeringan yang berkepanjangan, 311,85 hektar lahan persawahan yang terdapat pada 23 kelompok tani di Desa Golo Sepang Kec. Boleng, Kab. Manggarai Barat, NTT alami gagal tanam.

Informasi ini disampaikan oleh Laurensius Halu, selaku Kepala Dinas Tanaman Pangan Holtikultura dan Perkebunan Manggarai Barat pada rapat koordinasi dengan beberapa lembaga, membahas dampak kekeringan yang terjadi di Kec. Boleng di Ruang Rapat Pribadi Bupati, Rabu (07/02/2024).

“Sisa yang belum di tanam akibat kekeringan di Desa Golo Sepang seluas 311,85 hektar yang tersebar pada 23 kelompok tani dan 502 petani”, jelasnya seperti yang dilansir dari Okebajo. com, Jumat (09/02/2024).

Pada rapat koordinasi tersebut, Laurensius juga menyampaikan bahwa pihaknya akan mengambil langkah antisipatif, baik itu jangka panjang maupun jangka pendek. Untuk jangka pendek, yaitu dengan mengerahkan pompa air, mengalihkan para petani ke tanaman palawija dan holtikultura, memberi bantuan benih unggul, menggelar pasar murah dan melakukan koordinasi dengan BMKG.

Sementara untuk langka jangka panjang,
yaitu dengan menggunakan varietas genjah toleran terhadap kekeringan dan tahan terhadap hama penyakit, membangun embung, lumbung pangan desa, sumur bor solar cel dan gerakan tanam serentak.

Wakil Bupati Manggarai Barat, dr. Yulianus Weng, M. Kes, yang memimpin rapat menilai kasus kekeringan adalah kondisi yang ril dan umum, terjadi di seluruh kecamatan di Manggarai Barat.

“Kasus kekeringan merupakan kondisi umum yang terjadi di semua kecamatan di Manggarai Barat, hanya saja yang melapor Camat Boleng” jelasnya.

Untuk itu, ia meminta dinas terkait segera melakukan pendataan guna mengetahui dampak kekeringan secara menyeluruh. “Saya minta Kepala Dinas Pertanian untuk menurunkan staf atau penyuluh pertanian melakukan pendataan, mana yang tergolong gagal tanam maupun gagal panen. Data sangat diperlukan untuk mengetahui seperti apa bentuk intervensi yang dilakukan”, tutur Weng.

Share withe your media social

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *