OPINI  

Dinamika sosial di dunia hiburan(Caffe)

"Pernak Pernik Dunia Malam"

MANGGARAI NTT, INDO EKSPRES Beberapa hari yang lalu, saya berjalan keliling membawa orderan di seputaran kota Premium Labuan Bajo. Tepatnya malam Minggu. Konteks di Labuan Bajo, Malam Minggu adalah malam yang sangat menyenangkan. Hampir semua orang mempunyai rencana untuk healing. Ada yang berbahagia di rumah saja, dan ada yang berbahagia di Caffe. Saya melihat yang paling dominan di Caffe adalah anak muda, dan sebagian besar juga kalangan orang tua. Menarik sekali di Labuan Bajo ini. Saya yang adalah pendatang dari kampung hal semacam ini pasti menarik. Yang paling menarik adalah di Caffe karena di sana merupakan panggung bagi dinamika sosial yang serba kompleks.

Di antara suara gemerincing gelas dan tawa riang, tersembunyi narasi yang menggambarkan lapisan masyarakat yang beragam. Namun, di balik sorot lampu warna-warni, terkuaklah keironisan—sebuah cermin bagi kisah menarik dinamika sosial di tengah perayaan.

Di tengah sorak-sorai, tak semua yang memasuki tempat hiburan membawa kantong uang. Ironisnya, uang bukanlah syarat mutlak, melainkan privasi dari satu atau dua individu yang menjadi bintang tak terduga dalam panggung realitas. Mereka yang terlihat sok gaul mungkin hanyalah perayu di balik senyuman yang menggoda, mengeksplorasi permainan godaan dan finansial.

Sosok yang tampil eksentrik di tengah kerumunan bukan sekadar pewarna hiburan, melainkan perwujudan dinamika sosial yang membingungkan. Mereka yang menjadi pusat perhatian bukan selalu yang membayar tagihan, melainkan yang mampu merayu, menawarkan pengalaman yang melampaui batas sejenak. Ironinya, panggung bukan hanya tempat bakat berkilau, tetapi juga drama peran yang tak terduga.

Dalam cahaya lampu sorot yang menggoda, pertanyaan mendasar muncul: apakah kemampuan finansial seharusnya menentukan hak masuk ke dalam dunia hiburan? Dinamika sosial di tempat hiburan menuntut refleksi mendalam tentang godaan konsumtif dan tanggung jawab bersama. Sejauh mana kita dapat membedakan antara hiburan yang sehat dan permainan yang merugikan?
Mungkin saat kita menari di lantai dansa, kita juga seharusnya menari di atas benang kesadaran sosial.

//Bersambung…..

Share withe your media social
Penulis: FerdiEditor: Erwan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *