Jakarta, Indo Ekspres – Para pakar menyatakan bahwa kelompok Hamas Palestina kemungkinan menggunakan senjata dari Korea Utara. Hal ini terlihat dalam video seorang anggota Hamas yang membawa peluncur roket yang diduga berasal dari Korea Utara.
Video serangan terhadap Israel setelah serangan akhir pekan lalu beredar di media sosial. Blogger militer War Noir mengidentifikasi peluncur roket itu berasal dari Korut.
“Sebuah video baru-baru ini yang direkam hari ini menunjukkan anggota Brigade Al-Qassam (HAMAS) di Jalur Gaza,” tulis War Noir pada 7 Oktober, seperti dikutip Radio Free Asia (RFA), Rabu (11/10/2023).
“Salah satu anggota terlihat membawa roket F-7 HE-Frag yang tidak biasa, awalnya diproduksi di Korea Utara,” ujarnya.
Secara historis, senjata Korea Utara ini mungkin pertama kali dibeli oleh Iran atau Suriah dan digunakan oleh warga Palestina. Penyelundupan senjata ke Jalur Gaza, yang dikuasai Hamas, umum dilakukan untuk menghindari embargo Israel-Mesir yang berlaku sejak 2005.
Baca Juga: Hamas Memohon Dukungan Indonesia Membebaskan Masjid Al-Aqsa
Direktur Layanan Penelitian Persenjataan (ARES), N.R. Jenzen-Jones, mengindikasikan bahwa Hamas dalam serangan terhadap Israel menggunakan senjata dari berbagai negara, termasuk Amerika Serikat dan Uni Soviet. Namun, analisis awal menunjukkan senjata recoilless tipe RPG-7 dengan amunisi seri F-7 dari Korea Utara digunakan dalam serangan tersebut.
Senjata-senjata Korea Utara telah lama ditemukan di antara pasokan-pasokan yang diberikan oleh Iran kepada kelompok-kelompok militan Palestina, seperti Hamas, Jihad Islam Palestina, dan lainnya.
Meskipun demikian, pengiriman senjata Korea Utara ke wilayah tersebut telah dicatat oleh pihak internasional. Mereka mengklaim bahwa pengiriman senjata pada akhirnya ditujukan kepada Hamas dan Hizbullah yang berbasis di Lebanon.
Media Korea Utara menyalahkan tindakan kekerasan terhadap rakyat Palestina sebagai hasil dari tindakan kriminal Israel. Menurut laporan dalam surat kabar pemerintah Rodong Sinmun, konflik bersenjata skala besar terjadi antara gerakan perlawanan Islam Palestina dan Israel. (Dari berbagai sumber/Irwan).